Pertemuan Ke - 2 ( SEJARAH PENCAK SILAT )

 " Sejarah Dan Perkembangan Pencak Silat " 


Nama : Ayu Dewi Setyawati 
NPM : 1906104020015
Prodi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi 
MK : T.P Pencak Silat 

A.    Sejarah Penck Silat 

Konon orang-orang Indonesia memiliki berbagai cara dalam pembelaan diri (secara fisik) untuk mempertahankan dirinya agar tetap hidup. Selain untuk diri sendiri, mereka juga melakukan pembelaan untuk melindungi kelompoknya. Dan hal ini bukan untuk melindungi diri dari musuh berupa manusia, melainkan alam. Seperti bencana alam yang datang secara tiba-tiba ata serangan hewan yang akan menyerang secara mendadak.

Pencak silat merupakan salah satu jenis kesenian dan juga olahraga yaitu seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara diantaranya Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan juga Indonesia. Pencak silat ini merupakan tradisi kesenian yang disebar melalui tradisi Melayu-Nusantara. Hingga seiring berjalannya waktu jenis kesenian bela diri ini juga menyebar ke Negara Vietnam yang disebarkan oleh orang Indonesia. Hingga kini negara Vietnam melahirkan pesilat-pesilat yang tangguh dan mendirikan organisasi induk pencak siat di Negara Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). 


B.     Penyebaran Pencak Silat

          Bahkan ada yang mengatakan bahwa sejarah pencak silat ini telah tersebar melalui berbagai kisah seperti beberapa legenda di berbagai daerah, seperti dari daerah satu ke daerah lain dan menyeluruh ke tanah air nusantara. Jadi, tak heran jika dulu di masa kerajaan Majapahit atau Sriwijaya sangat pandai dalam bertarung. Karena mereka semua khususnya para prajurit perang telah disiapkan ilmu pencak silat yang tinggi agar mereka dapat bertarung dengan musuh dengan kemahirannya.

          Contohnya adalah legenda dari Minangkabau yang mengatakan silat dengan bahasanya yaitu ‘silek’. Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa pencak silat ini telah diciptakan oleh Datuk Suri Draja dari Priangan, Tanah Datar yang berada di kaki Gunung Marapipada. Datuk Suri menciptakan dan mulai menyebarkan tradisi silat ini pada abad ke-11. Dan pencak silat pun akhirnya tersebar ke seluruh tanah nusantara termasuk Indonesia. Tanah Nusantara ini di antaranya Indonesia, Myanmar, Malaysia, Brunei Darussalam, sebagian Singapura, dan Negara-negara lainnya yang berada di benua Asia bagian Tenggara. 

       Saat pencak silat mulai tersebar di tanah Melayu, pencak silat pun berkembang dengan berbagai nama dan aliran yang berbeda-beda. Seperti halnya di Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan aliran gayong dan cekak. Di Negara Thailand, pencak silat memiliki nama ‘bersilat’, sedangkan di Negara Filipina diberi nama ‘pasilat’. Walaupun demikian, istilah ‘silat’ lebih dikenal banyak orang di berbagai pelosok Asia Tenggara. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pencak silat merupakan tradisi yang tersebar dari Sumatera ke berbagai Negara.

         Sejarah pencak silat mulai tertulis sejak abad ke-14 dikarenakan oleh pengaruh dari para penyebar agama di tanah Nusantara atau Nusawantara. Pada masa itu, pencak silat menjadi pelajaran utama daam beragama sebagai perindungan diri ketika menghadapi perang. Karena pada masa itu masih terdapat berbagai perang karena perebutan wilayah dan politik juga kekuasaan. Pelajaran bela diripencak silat juga diajarkan diberbagai surau atau mushalla dan juga temptat-tempat agama seperti madrasah dan pesantren. Biasanya mereka berlatih pencak silat setelah atau sebelum mengaji. Itu sebabnya silat diklaim sebagai ilmu bela diri yang merupakan bagian dari latihan spiritual.Bottom of Form

Perkembangan pencak silat dari zaman kerajaan hingga zaman kemerdekaan :

C.     Perkembangan Pada Zaman Kerajaan

Peradaban yang tinggi telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.

Para ahli beladiri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak, dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan  diri yang tinggi. Penanaman jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperlukan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru.

Pada masa perkembangan agama Islam ilmu beladiri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Pada jaman kerajaan beladiri sudah dikenal untuk keamanan serta untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Kerajaan-kerajaan pada waktu itu seperti: Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram, Kediri, Singasari, Sriwijaya, dan Majapahit mempunyai prajurit yang dibekali ilmu beladiri untuk mempertahankan wilayahnya, pada masa ini istilah pencak silat belum ada.  Tahun 10191041 pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo, sudah mengenal ilmu beladiri pencak dengan nama “Eh Hok Hik”, yang artinya  “Maju Selangkah Memukul” (Notosoejitno, 1999).

D.    Perkembangan Pada Zaman Penjajahan Belanda

Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan pencak silat atau pembelaan diri nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih beladiri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Kegiatan pencak silat dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan hanya dipertahankan oleh kelompok-kelompok kecil. Kesempatankesempatan yang dijinkan hanya berupa pengembangan kesenian yang masih digunakan di beberapa daerah, berupa pertunjukan atau upacara. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan pencak silat untuk masa sesudahnya.

E.     Perkembangan Pada Pendudukan Jepang

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Pencak silat sebagai ilmu nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat.

Di seluruh Jawa didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah secara serentak. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina pencak silat suatu olahraga berdasarkan pencak silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga setiap pagi di sekolahsekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang.

Sekalipun Jepang memberikan kesempatan untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan nasional. Meskipun demikian, ada keuntungan yang diperoleh dari zaman itu, masyarakat kembali sadar untuk mengembalikan ilmu pencak silat pada tempat yang semestinya. Masyarakat mulai menata kembali pencak silat dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

 

F.      Perkembangan Pada Zaman Kemerdekaan

 


1.      Periode Perintisan (tahun 1948-1955)

 Periode ini adalah perintisan berdirinya organisasi pencak silat yang bertujuan untuk menampung perguruan-perguruan pencak silat. Pada tanggal 18 Mei 1948 di Solo (menjelang PON ke I), para pendekar berkumpul dan membentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI).           Ketua umum pertama IPSSI adalah Mr. Wongsonegoro. Kemudian diubah namanya menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), yang dimaksud untuk menggalang kembali semangat juang bangsa Indonesia dalam pembangunan. Selain itu IPSI mempunyai tujuan yang dapat memupuk persaudaraan dan kesatuan bangsa Indonesia sehingga tidak mudah dipecah belah. Tahun 1948 sejak berdirinya PORI yaitu wadah indukinduk organisasi olahraga, IPSI sudah menjadi anggota. IPSI juga ikut aktif mendirikan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).                                                                                                                                                                                                                                        2.      Periode Konsolidasi dan Pemantapan (tahun 1955-1973)                                                                    Setelah terbentuknya organisasi pencak silat, maka IPSI mengonsolidasikan anggota-anggota perguruan pencak silat di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk memantapkan program sehingga pencak silat selain sebagai beladiri juga dapat dipakai olahraga, sehingga dibuatlah peraturan pertandingan pencak silat. Dengan terbentuknya peraturan tersebut maka pada PON VIII

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Ke - 5 ( TUJUAN & CARA MELAKUKAN KUDA-KUDA DASAR )

PKS " Filsafat Pendidikan Kesehatan "

PKS " Peran Guru Dalam Program Kesehatan "